Halaman

Kamis, 15 Agustus 2013

Abang VS Eneng

Siang ini begitu terik. Matahari seolah tertawa dan berlari-larian dengan awan putih di langit nan biru. Di bawah sebuah pohon mangga di tepi jalan raya berteduhlah seorang pria dari ganasnya sinar matahari yang menyengat, sebut saja dia Ujang. Ujang duduk si bawah pohon sambil mengipas-ngipas wajahnya dengan koran yang ia bawa. Sesekali Ujang mengelap keringat yang menetes di lehernya dengan handuk kecil. Di samping pohon mangga itu juga Ujang memakirkan gerobak bakso miliknya. Ujang memperhatikan mobil dan motor yang berlalu lalang dengan serius. Tetiba mata Ujang tertarik pada sebuah objek nan jauh di seberang jalan. Seorang wanita berambut coklat dan kulit putih. Wanita itu kemudian menyebrang jalan sambil menutupi kepalanya dengan map biru yang ia bawa. Sedangkan mata Ujang masih terus tertuju pada wanita yang ternyata dari jarak dekat baru disadari bahwa wanita itu adalah seorang artis ibukota yang sedang terkenal, sebut saja ia Mawar. Seperti mimpi di siang bolong Mawar terus berjalan ke arah Ujang dan kini berdiri tepat di samping Ujang. Melihat hal itu Ujang pun segera berdiri. Ujang melihat ke sekeliling, tidak ada orang lain di sana selain mobil dan motor yang berlalu lalang dengan cepat di depan mereka.
"Mau kemana neng panas-panas begini?". Ujang memberanikan dirinya untuk bertanya. Namun Mawar hanya tersenyum tidak menjawab.
"Oiya neng ini artis kan ya?". Tanya Ujang lagi. Mawar pun menoleh ke arah Ujang dan lagi-lagi hanya tersenyum.
"Ah si eneng ditanya teh malah senyum-senyum wae. Jawab atuh neng". Ujang senyum-senyum tak karuan. Kemudian Ujang tidak berani lagi bertanya. Ia kembali duduk di bawah pohon.
"Baksonya masih ada ga, Bang?". Tetiba Mawar bertanya. Mendengar hal itu Ujang terperanjat dan segera berdiri lagi.
"Ada neng ada. Eh tapi nama saya teh bukan Bambang. Nama saya mah Ujang. Panggil saja Mang Ujang". Ujang menghampiri gerobaknya.
"Maksud saya bukan Bambang, tapi Abang". Mawar mencoba menjelaskan.
"Ohhh Abang". Ujang pun tersenyum. 
"Eh tapi neng, si Abang itu siapa? Temennya Eneng? Emangnya saya mirip gitu sama si Abang?". Ujang mengambil mangkuk dari gerobaknya. Bersiap meracik bakso andalannya.
"Ih bukan itu maksud saya". Mawar mulai terlihat geram. Namun Ujang tidak menghiraukannya.
"Neng baksonya pake mie atau tidak?". Tanya Ujang kemudian.
"Emangnya siapa yang mau beli bakso?". Mawar melirik Ujang dengan sinis.
"Lah?? Tadi eneng nanya kan? Bukannya mau beli bakso saya?". Ujang keheranan.
"Tadinya iya, tapi GAK JADI". Jawab Mawar lantang.
"Kenapa gitu?". Ujang semakin bingung
"Soalnya Abang ngeselin". Mawar berjalan menjauh dari Ujang.
"Eleuh eleuh Si Eneng, saya teh bukan Abang tapi Ujang.  Masa tidak percaya?". Ujang bicara sedikit berteriak. Mawar menghentikan langkahnya kemudian menoleh ke arah Ujang.
"Nama saya Mawar, bukan Eneng!!!". Mawar mempercepat langkahnya meninggalan Ujang sendirian di bawah pohon. Ujang merasa bingung kemudian kembali duduk di bawah pohon dan berbicara sendirian.
"Saya teh tau kalau dia Mawar. Kan sering liat di tipi. Atuh Eneng mah cuma nama panggilan. Aduuhh cewek cantik kaya dia kok bisa begitu ya. Bebel"
Tetiba hujan deras sederas-derasnya!!!

The End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar