Halaman

Senin, 09 November 2015

Penyusup Hati

Penyusup Hati
Diam-diam ia mengamatimu
Mengawasi setiap gerak-gerikmu
Menatap ke mana matamu tertuju
Perlahan ia mengerti
Memahami apa yang kau suka
Mengetahui apa yang tidak kau suka
Mendalami setiap masalah yang kau hadapi
Mencoba untuk menemukan solusi

Diam-diam ia masuk ke hatimu
namun tanpa kau sadari sedikitpun
Menyusuri setiap celah di hatimu
Melewati pintu-pintu yang terbuka bukan untuknya

Kini, penyusup itu menemui jalan buntu
Tak bisa melanjutkan gerilyanya
Namun tak bisa juga keluar
Ia tersesat di hatimu
yang terpampang lapang bukan untuknya

Penyusup itu menangis ketakutan
Hari-harinya dihiasi cinta yang berkeliaran
namun bukan untuk dirinya
Setap detiknya dipenuhi kasih sayang
yang sama sekali tak tertuju untuknya

Penyusup itu hanya punya dua harapan
Berharap dapat menemukan jalan keluar dari hatimu
atau
Berharap dirimu menyadari ada dirinya di sana

Lalu ia memutuskan untuk berharap dirimu menyadari ada dirinya di hatimu
Dan kini ia pun mendekam di sana
dalam suasana haus dan lapar serta sesak napas
ditemani secercah harapan yang masih ia pegang teguh

Baginya,
ia bisa bertahan hidup tanpa makan selama 4 bulan
ia bisa bertahan hidup tanpa minum selama 4 hari
ia bisa bertahan hidup tanpa napas selama 4 menit
Tapi ia tidak bisa hidup tanpa harapan, walau hanya selama 4 detik
Maka, ia terus berharap dan berharap

Namun, penyusup itu semakin kehilangan arah
Kian hari hatimu semakin rumit
Seperti labirin yang jalurnya berubah-ubah setiap detik
Jangankan jalan keluar, ruang untuknya menunggu pun semakin sempit
Ia semakin terjepit oleh cinta orang lain yang mengapit
Hatimu dipenuh cinta dari orang lain
Ya, orang lain. Bukan dirinya.

Lalu ia pun menyerah tanpa mencari jalan keluar
Melainkan memilih mati di hatimu
dengan cara berhenti berharap
Tak sampai 4 detik,
hanya dalam 2 detik, ia pun mati
Dan kau?
Tak pernah menyadari ada pemakaman cinta yang tulus di hatimu
Semerbak wangi pemakamannya tetap tidak menyadarkanmu



"Terkadang orang yang lebih mengerti hatimu adalah orang yang menghabiskan setengah dari harinya untuk menyusuri labirin di hatimu. Lalu, bagaimana bisa kau tak melihatnya? Mungkin karena kau terlalu sibuk dengan cinta yang lain. Sibuk menyusuri labirin di hati orang lain. Mungkin". 
-Redrose-

Minggu, 01 November 2015

Pemilik Raga

Siang tadi di tengah terik matahari
Kau bilang akan segera turun hujan
Mana mungkin?
Tidakkah kau rasakan kulitku meraung-raung kepanasan sejak tadi?
Tapi sore ini hujan benar-benar turun
Hmm kau memang begitu
Suka menerka dan menebak hal tak mungkin
Tapi kemudian hal itu benar-benar terjadi

Kau bilang kau adalah pembaca pikiran yang handal
Tak usah kuceritakan apa yang kupikirkan
Kau sudah bisa mengetahuinya
Apakah..............
Ah tidak, kurasa kau tidak membaca seluruhnya

Hari ini sejenak tatapan kita bertemu
Kau tanya "ada apa?"
Kujawab sekenanya hanya dengan gelengan kepala
Karena kuduga kau akan membaca sendiri apa yang sedang aku pikirkan
Tapi kurasa dugaanku salah
Karena kau lebih tertarik pada layar ponselmu
Layar yang menampilkan percakapan-percakapan hangat
Dan bukan namaku yang tertera di sana

Detik berlalu, ku hanya asik mencuri pandang ke layar ponselmu
Berharap bisa tahu apa yang tengah kalian bicarakan
Tapi aku gagal
Aku hanya bisa menggumam sendirian
Menggigit bibirku menahan suatu kalimat
"Aku di sini. Di sampingmu. Mengapa kau lebih asik dengannya yang nun jauh di sana?".

Setidaknya aku menyadari satu hal
Mungkin aku bisa selalu bersamamu
Aku bisa memanggimu kapanpun aku mau
Aku bisa berada di dekatmu sepanjang hari
Aku bisa memiliki setengah dari waktumu dalam sehari
Tapi aku tidak pernah bisa memiliki hatimu
Karena aku hanyalah seorang pemilik raga


"Ketika satu-satunya cara agar tetap bersamamu adalah dengan tidak menyukaimu,.............".
-Redrose-