Halaman

Sabtu, 28 September 2013

Last Friday Night

"Ku terus menunggu di jalan yang kedua. Kuingin panggil namun ku tak bisa. Saat kulihat ke bawah, bunga ajisai pun menangis.
Walau ku sangat ingin bertemu walau ku menyukaimu, kau jalan berlalu di depan mataku. Walaupun jadi begini aku tetap melihatmu dari tempat ini. Walau ku sangat ingin bertemu walau ku menyukaimu, kau bahkan tidak menoleh ke arahku".

Sumber : Lirik Temodemo no Namida - JKT48

Sabtu, 07 September 2013

Who Knows?

Suasana malam ini di Banjarmasin masih sama seperti satu tahun yang lalu ketika aku datang ke tempat ini. Sangat tenang. Perumahan di pinggir kota ini aku pilih sebagai tempat tinggal bersama kakek dan nenekku. Sejak aku dipindahtugaskan penelitian dan konservasi di Kalimantan, aku memutuskan untuk menetap di Banjarmasin. Tentu saja ini bukan keputusan yang mudah. Namun Kalimantan adalah pulau yang sejak kecil ingin aku tinggali. Dan ketika ada kesempatan, aku tidak ingin menyia-nyiakannya.
Jam dinding menunjukkan pukul 11 malam. Aku berbaring di tempat tidur berusaha memejamkan mata. Sebenarnya aku lelah karena hari ini aku sudah melakukan perjalanan naik gunung sejauh 4 km, namun entah mengapa mata ini sulit sekali untuk terpejam. Ketika mataku berhasil terpejam, suara dering whatsapp memaksaku untuk membuka mata kembali.
Apa kabar, Astri?”. Sebuah pesan whatsapp masuk dari Andromeda.
“Andro…” Batinku. Aku tidak segera membalas pesan itu. Aku hanya bisa menatap layar handphone dengan ekspresi tidak percaya. Jemariku dengan cepat menyentuh layar handphone untuk membalas pesan tersebut.
Alhamdulillah baik, kau bagaimana? Kemana saja tidak ada kabar?”. Ah tidak jangan begitu. Bukankah aku yang tidak ada kabar. Aku tidak pamit padanya ketika aku hendak pindah ke Kalimantan. Kuhapus kembali pesan itu.
Alhamdulillah baik, kau bagaimana? Ada apa tiba-tiba mengirim pesan?”. Ah yang ini juga terlalu ingin tahu seolah aku tidak suka dikirimi pesan olehnya. Lagi-lagi pesan itu kuhapus.
Alhamdulillah ba-…”. Belum selesai aku menuliskan pesan baru, handphone-ku berdering. Apa-apaan ini? Andromeda meneleponku. Aku menarik napas panjang-panjang dan…
“Assalamualaikum”. Kukatakan dengan perlahan. Hatiku merasa aneh. Senang, terkejut, gugup tumbuh menjadi satu. Rasanya seperti seorang remaja berusia 17 tahun yang sedang jatuh cinta. Padahal usiaku kini sudah 25 tahun.
“Waalaikumsalam”. Jawabku singkat kemudian terdiam. Keadaan hening seketika. Tak ada suara apapun juga dari seberang sana. Kami sama-sama terdiam selama hampir dua menit. Hingga akhirnya Andromeda mulai bicara kembali.
“Aku rindu”. Ucapnya singkat. Aku terkejut bukan main mendengar hal itu. Andromeda? Rindu padaku? Mustahil. Namun inilah yang kudengar sekarang. Aku berusaha mengatur napasku agar tidak terlalu terlihat panik tidak karuan.
“Andro…kau.. emmm aku juga”. Aku tidak tahu harus menanggapi apa walaupun sebenarnya aku juga sangat rindu. Sejak lulus kuliah kami memang tidak pernah bertemu lagi. Aku sibuk dengan pekerjaanku dan ia sibuk dengan bisnisnya. Bahkan kami tidak lagi berkomunikasi satu sama lain melalui media apapun. Hingga aku pindah ke Kalimantan pun tidak pamit padanya.
“Hemm baiklah sudah malam. Istirahat ya. Assalamualaikum”. Belum sempat aku menjawab, Andro sudah menutup teleponnya. Itulah Andro. Selalu saja membuatku bertanya-tanya tentang apa yang ia lakukan. Untuk apa tiba-tiba menelepon? Hanya untuk mengatakan rindu? Ah apa ia tidak ingin mengobrol lebih lama denganku? Entahlah. Andro selalu seperti itu. Sulit ditebak dan semua tindakannya berhasil membuatku terkejut.


Bersambung........