Halaman

Jumat, 21 Februari 2014

Cinta #Jilid1

Terinspirasi dari sebuah obrolan santai nan hangat bersama teman-teman dan kakak mentor hari ini mengenai cinta. 
Apa itu cinta? 
Seorang teman yang berkacamata mengatakan bahwa "cinta itu dekat, ada di mana-mana". Iya cinta memang dekat. Lalu apa itu cinta? Teman lain yang berjilbab biru menjawab, "cinta itu mendekatkan kita pada Allah", kemudian aku menambahkan berdasarkan kata seorang teman bahwa "jika cinta itu menjauhkan kita dari Allah, itu tidak bisa disebut cinta, melainkan nafsu". 
Tiga jawaban yang membuatku mengangguk-angguk tanda setuju. Tapi cukupkah cinta didefinisikan seperti itu? Rasanya tidak. Cinta, cinta, dan cinta. Apa itu cinta? Di kepala seorang mahasiswa yang hampir setiap hari bercanda mengenai cinta, rasanya butuh literatur lebih untuk mengetahui arti sebenarnya dari cinta. Di tengah perdebatan yang diiringi senyuman-senyuman "mencurigakan"  dari kami itu, seseorang membantu meluruskan. Yap kakak mentor. Yeay. Berdasarkan buku yang beliau baca, (re: Serial Cinta) cinta adalah memberi. Hemm hanya satu kata, yaitu MEMBERI. Aku masih bingung dengan kata memberi yang didefinisikan sebagai cinta tersebut. Tapi dibandingkan dengan definisi yang sebelumnya, satu kata tersebut sudah bisa mewakili jawaban atas pertanyaan apa itu cinta. Sampai akhirnya dikatakan "Cinta adalah kata tanpa benda". Aku berpikir sejenak, "ah benar juga, aku tidak pernah melihat wujud cinta". Mungkin jika aku ibaratkan cinta itu seperti angin, bisa dibayangkan bahwa kita bisa merasakan hembusan angin tapi tidak bisa melihat wujud angin. Kita bisa merasakan kehadiran angin dengan melihat pohon-pohon yang "bergerak" karena hembusannya. Begitukah cinta? Bisakah aku merasakan kehadiran cinta dengan melihat sesuatu yang "bergerak" karena hembusannya? Apa yang harus kulihat untuk bisa mengetahui keberadaan cinta? Entahlah, mari kembali ke definisi cinta adalah memberi. Cinta adalah memberi, dan mencintai adalah sebuah keputusan. Artinya, para pecinta sejati tidak suka berjani, tapi mereka akan menyusun rencana untuk memberi. Karena orang yang memutuskan untuk mencintai artinya siap untuk memberi. Ah hembusan angin di siang yang sejuk diiringi kalimat-kalimat itu membuat kami (lagi-lagi) tersenyum penuh arti sekaligus masih penuh tanya. Jadi, cinta itu apa?
Kebingungan itu berkurang ketika dikatakan bahwa cinta itu ada tiga jenis. Apa saja?
Yang pertama adalah CINTA MISI, artinya cinta yang bertujuan untuk tujuan yang lebih besar, dalam hal ini membantu orang lain. Cinta ini hanya ingin memberi tanpa harap kembali. Dicontohkan jika ada seorang teman yang mengalami kesulitan dalam belajar, kita memiliki keinginan untuk membantunya agar ia bisa menjadi lebih baik. Yeay aku mengerti yang ini. Cinta yang kedua adalah CINTA MUSLAHAT. Jika dipersingkat, cinta jenis ini adalah cinta yang ada untuk kepentingan bersama, memberikan keuntungan untuk banyak orang. Dicontohkan seorang pegawai bank yang memberikan cintanya kepada customer dengan cara tersenyum ramah dan memberikan pelayanan sepenuh hati agar image perusahaannya baik dan customer merasa nyaman. (Jadi kalo disenyumin sama satpam BSM di MIPA jangan pada ke-ge-eran yaaa haha). Hmm cinta yang ini juga aku mulai mengerti. Terakhir, jenis cinta yang ketiga adalah CINTA JIWA. Cinta ini yang definisinya agak sulit. Dikatakan bahwa cinta ini membutuhkan "sinyal-sinyal" antar dua orang, dua jiwa. Artinya memiliki chemistry. Hemm sepertinya untuk cinta yang satu ini tidak perlu dicontohkan. Senyuman kami yang (lagi-lagi) penuh arti rasanya sudah menunjukkan bahwa kami paham. Jadi, cinta itu ada tiga jenis. Wah aku baru tahu. Dan selanjutnya aku akan belajar "memilah-milah" cinta. Eaaaa haha.
Sudah, sudah... Sepertinya sejak tadi yang kita bahas adalah cinta kepada manusia. Bagaimana jika kita beralih ke Cinta terhadap Allah sang pemilik cinta? Kadang kita terlalu sibuk memikirkan cinta kita terhadap orang lain, jiwa lain yang membuat kita jatuh cinta. Tapi kita lupa untuk mencintai Zat yang memiliki cinta tersebut, yaitu Allah. Sebuah teguran yang halus namun mengena di hati. Ah kemana saja aku selama ini? Coba saja seberapa sering kita bercerita pada sahabat bahwa "aku cinta dia", tapi pernahkah kita bercerita bahwa "aku cinta Allah"? Aku tahu, terkadang cinta itu tidak perlu diucapkan. Tapi yakinkah kita telah melakukan perbuatan yang menandakan kecintaan kita kepada Allah? Aku kembali merenung di malam yang tanpa bintang ini. Semudah itu melupakan cinta kepada Allah, padahal cinta yang hakiki adalah cinta kepada Allah. Bahkan semua hal yang kita cintai itu bukankah harus berdasarkan cinta karena Allah?
Sungguh pertanyaan-pertanyaan yang semakin banyak ditanyakan, semakin aku menemukan jawaban yang membuatku menyimpulkan bahwa aku masih sangat tidak baik dalam hal ini. Sedih, takut, merasa berdosa. PASTI. Terimakasih masih memberiku kesempatan untuk menyadari kesalahan itu. Insya Allah tidak hanya disadari, tapi juga diperbaiki. Aamiin :)


Sebelum perbincangan siang itu berakhir, diceritakan juga mengenai The Power of Love. Sebuah cerita yang menggambarkan betapa dahsyatnya kekuatan cinta.Maaf sebelumnya jika cerita yang kutulis tidak terlalu sama dengan cerita aslinya (maklum hubungannya dengan daya ingat). Intinya begini, dikisahkan ada seorang  Putra Mahkota yang malas dan tidak ingin menjadi seorang raja. Bahkan dia tidak memiliki jiwa seorang raja. Sampai akhirnya sang ayah (Raja) khawatir dengan putranya itu. Kemudian sang raja memiliki ide untuk  mengundang beberapa perempuan ke istana dengan harapan ada salah satu perempuan yang dicintai oleh anaknya. Berhasil, ternyata Putra Mahkota mencintai salah satu dari mereka. Tapi ada skenario cantik dibalik semua ini. Sang Raja mengatakan pada perempuan yang terpilih tersebut bahwa jika Putra Mahkota menyatakan cinta kepadanya, katakan padanya seperti ini (kurang lebih begini yang aku ingat) "Aku tidak pantas untukmu. Aku hanya pantas untuk seorang raja".
Kalimat tersebut ternyata berdampak sangat besar pada Putra Mahkota. Ia menjadi sosok yang rajin. Ia bertekad keras untuk menjadi seorang raja. Bahkan kini ia memiliki jiwa-jiwa seorang raja. Hingga akhirnya ia menjadi seorang raja. Bisa dilihat betapa ajaibnya sesuatu bernama cinta itu. Cinta bisa mengubah sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Dari cerita tersebut, cinta bisa mengubah seseorang menjadi lebih baik.

Kisah ini mengingatkanku kepada ucapanku beberapa waktu yang lalu. Aku pernah mengatakan pada sesorang bahwa "Aku tidak akan mengubahmu, aku hanya akan membantumu menemukan alasan agar kau mau berubah menjadi lebih baik". Dibalik kalimat itu sebenarnya tersirat sebuah keinginan yang hari ini akan kuubah menjadi tersurat.
"Aku tidak punya hak atas dirimu. Yang harus mengubah dirimu adalah kau sendiri yang memiliki jiwa dan raga itu. Aku hanya akan membantumu menemukan alasan untuk berubah. Kau ingin tahu apa alasan itu? Alasan itu adalah cinta. Kuharap suatu hari nanti ada cinta yang bisa membuatmu berubah menjadi lebih baik. Hingga hari ini aku bertekad untuk membantumu menemukan alasan itu dan berharap kau bisa merasakan kehadiran cinta yang akan membuatmu berubah".

Cinta, cinta, cinta.
Cinta itu fitrah
Cinta bisa mengubah segalanya
Cinta tidak pernah salah
Tapi hati-hati terhadap cinta yang membutakan
Dan mulailah lebih mencintai Allah Sang pemilik cinta yang sesungguhnya



Tulisan kali ini berdasarkan cerita yang dikutip dari buku berjudul"Serial Cinta" karangan Bapak Anis Mata


  Sampai bertemu di Cinta #Jilid2 pekan depan. Insya Allah :)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar